Tafsir Tahlili Surah At-Taubah Ayat 69-72
Tafsir Tahlili Surah At-Taubah
Ayat 69-72
Pembahasan
1. Ayat 69
كَالَّذِينَ مِنْ قَبْلِكُمْ كَانُوا أَشَدَّ مِنْكُمْ
قُوَّةً وَأَكْثَرَ أَمْوَالا وَأَوْلادًا فَاسْتَمْتَعُوا بِخَلاقِهِمْ
فَاسْتَمْتَعْتُمْ بِخَلاقِكُمْ كَمَا اسْتَمْتَعَ الَّذِينَ مِنْ قَبْلِكُمْ
بِخَلاقِهِمْ وَخُضْتُمْ كَالَّذِي خَاضُوا أُولَئِكَ حَبِطَتْ أَعْمَالُهُمْ فِي
الدُّنْيَا وَالآخِرَةِ وَأُولَئِكَ هُمُ الْخَاسِرُونَ
“(keadaan
kalian, hai orang-orang munafik dan musyrik adalah) seperti keadaan
orang-orang yang sebelum kalian, mereka lebih kuat daripada kalian, dan lebih
banyak harta benda dan anak-anaknya daripada kalian. Maka mereka telah
menikmati bagian mereka, dan kalian telah menikmati bagian kalian sebagaimana
orang-orang yang sebelum kalian menikmati bagiannya, dan kalian mempercakapkan (hal
yang batil) sebagaimana mereka mempercakapkannya. Mereka itu amalannya
menjadi sia-sia di dunia dan di akhirat; dan mereka itulah orang-orang yang
merugi.”
Allah Swt. menyebutkan bahwa mereka (orang-orang
munafik) itu telah menerima azab Allah di dunia dan akhirat, sebagaimana azab
yang telah diterima oleh orang-orang yang sebelum mereka.
Firman Allah
Swt.:
فَاسْتَمْتَعُوا بِخَلاقِهِمْ
Mereka
menikmati bagian mereka.
Maksudnya mereka bersenang-senang dengan kehidupan dan kemewahan dunia[1], dan meninggalkan mengingat Allah.[2]
Firman Allah Swt.:
{كَمَا اسْتَمْتَعَ الَّذِينَ مِنْ قَبْلِكُمْ
بِخَلاقِهِمْ وَخُضْتُمْ كَالَّذِي خَاضُوا}
dan kalian
mempercakapkan (hal yang
batil) sebagaimana mereka mempercakapkannya. (At-Taubah: 69)
Maksudnya, mempercakapkan kebatilan dan kedustaan.[3] Didalam penafsiran lain dikatakan bahwa mereka melakukan kemungkaran dan kebatilan seperti meremehkan dan mengolok-olok nabi.[4]
{أُولَئِكَ حَبِطَتْ أَعْمَالُهُمْ}
Mereka itu
amalannya menjadi sia-sia. (At-Taubah: 69)
Semua usaha mereka sia-sia, maka tidak ada pahala bagi mereka karena amalan mereka rusak (batil).
{فِي الدُّنْيَا وَالآخِرَةِ وَأُولَئِكَ هُمُ
الْخَاسِرُونَ}
di dunia dan
di akhirat; dan mereka itulah orang-orang yang merugi. (At-Taubah: 69)
Dikatakan
demikian karena mereka tidak mendapat pahala dari amalannya. Ibnu Jarir telah
meriwayatkan dari Amr ibnu Ata, dari Ikrimah, dari Ibnu Abbas sehubungan dengan
makna firman-Nya: seperti keadaan orang-orang yang sebelum kalian. (At-Taubah:
69), hingga akhir ayat.
Ibnu Abbas mengatakan bahwa alangkah miripnya malam
ini dengan malam kemarin. seperti keadaan orang-orang yang sebelum kalian. (At-Taubah:
69) Mereka adalah kaum Bani Israil, Allah telah menyerupakan kita dengan
mereka. Saya tidak mengetahui maksudnya, hanya saja beliau Saw. telah bersabda:
"وَالَّذِي
نَفْسِي بِيَدِهِ، لَتَتَّبِعُنَّهُمْ حَتَّى لَوْ دَخَلَ الرَّجُلُ مِنْهُمْ جُحر
ضَبٍّ لَدَخَلْتُمُوهُ".
“Demi Tuhan yang jiwaku berada di dalam genggaman
kekuasaannya, sesungguhnya kalian benar-benar akan mengikuti perilaku mereka;
sehingga jika ada seseorang dari mereka memasuki liang biawak, niscaya kalian
akan ikut memasukinya.”
قَالَ ابْنُ
جُرَيْج: وَأَخْبَرَنِي زِيَادُ بْنُ سَعْدٍ، عَنْ مُحَمَّدِ بْنِ زَيْدِ بْنِ
مُهَاجِرٍ، عَنْ سَعِيدُ بْنُ أَبِي سَعِيدٍ المَقْبُري، عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ،
رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ، قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ: "وَالَّذِي نَفْسِي بِيَدِهِ، لَتَتَّبِعُنَّ سَنَن الَّذِينَ
مِنْ قَبْلِكُمْ، شِبْرًا بِشِبْرٍ، وَذِرَاعًا بِذِرَاعٍ، وَبَاعًا بِبَاعٍ،
حَتَّى لَوْ دَخَلُوا جُحْر ضَبٍّ لَدَخَلْتُمُوهُ". قَالُوا: وَمَنْ هُمْ
يَا رَسُولَ اللَّهِ؟ أَهْلُ الْكِتَابِ؟ قَالَ: "فَمَه"
Ibnu Jarir
mengatakan, telah menceritakan kepada Ziyad ibnu Sa'd, dari Muhammad ibnu Ziyad
ibnu Muhajir, dari Sa'id ibnu Abu Sa'id Al-Maqbari, dari Abu Hurairah r.a. yang
mengatakan bahwa Rasulullah Saw. pernah bersabda: Demi Tuhan yang jiwa aku
berada di dalam genggaman-Nya, sungguh kalian akan mengikuti sunnah (perilaku)
orang-orang yang sebelum kalian sejengkal demi sejengkal, sehasta demi
sehasta, dan sedepa demi sedepa; sehingga jika mereka memasuki liang biawak,
niscaya kalian akan memasukinya pula. Para sahabat bertanya.”Wahai
Rasulullah, siapakah mereka itu? Apakah mereka adalah kaum Ahli Kitab?"
Rasulullah Saw. menjawab, "Lalu siapa lagi kalau bukan mereka?"
Hal yang sama telah diriwayatkan oleh Abu Ma'syar,
dari Abu Sa'id Al-Maqbari, dari Abu Hurairah, dari Nabi Saw., lalu disebutkan
hal yang semisal. Tetapi ditambahkan bahwa Abu Hurairah r.a. berkata,
"Jika kalian suka, bacalah firman-Nya: 'sebagaimana orang-orang yang
sebelum kalian. (At-Taubah: 69), hingga akhir ayat." Abu Hurairah
mengatakan bahwa al-khalaq artinya agama.
{وَخُضْتُمْ كَالَّذِي خَاضُوا}
dan kalian
mempercakapkan (hal yang
batil) sebagaimana mereka mempercakapkannya.
(At-Taubah:
69)
Para sahabat berkata, "Wahai Rasulullah, apakah
seperti yang dilakukan oleh orang-orang Persia dan orang-orang Romawi?"
Rasulullah Saw. menjawab,
"فَهَلِ
الناس إلا هم"
"Tiada lain orang yang
dimaksud adalah mereka."[5]
2. Ayat 70
أَلَمْ يَأْتِهِمْ نَبَأُ الَّذِينَ مِنْ قَبْلِهِمْ
قَوْمِ نُوحٍ وَعَادٍ وَثَمُودَ وَقَوْمِ إِبْرَاهِيمَ وَأَصْحَابِ مَدْيَنَ
وَالْمُؤْتَفِكَاتِ أَتَتْهُمْ رُسُلُهُمْ بِالْبَيِّنَاتِ فَمَا كَانَ اللَّهُ
لِيَظْلِمَهُمْ وَلَكِنْ كَانُوا أَنْفُسَهُمْ يَظْلِمُونَ
Belumkah
datang kepada mereka berita penting tentang orang-orang yang sebelum mereka, (yaitu) kaum Nuh, 'Ad, Samud.
kaum Ibrahim, penduduk Madyan, dan (penduduk) negeri-negeri yang telah
musnah? Telah datang kepada mereka rasul-rasul dengan membawa keterangan yang
nyata; maka Allah tidaklah sekali-kali menganiaya mereka, tetapi merekalah yang
menganiaya diri mereka sendiri.
Allah Swt. berfirman menasihati orang-orang munafik
yang mendustakan rasul-rasul Allah. Untuk itu disebutkan:
{أَلَمْ يَأْتِهِمْ نَبَأُ الَّذِينَ مِنْ قَبْلِهِمْ}
Belumkah
datang kepada mereka berita penting tentang orang-orang sebelum mereka
(At-Taubah : 70)
Artinya, apakah kalian belum pernah mendapat berita
tentang kisah orang-orang sebelum kalian dari kalangan umat terdahulu yang mendustakan
para rasul?
Yaitu kaum Nabi Nuh dan azab yang menimpa mereka berupa banjir besar yang menenggelamkan semua penduduk bumi, kecuali orang-orang yang beriman kepada Nabi Nuh a.s. Kaum' Ad, bagaimana mereka dihancurkan dan dibinasakan dengan angin yang membinasakan, karena mereka telah, mendustakan Nabi Hud a.s. Kaum Samud, bagaimana mereka diazab dengan teriakan yang keras, karena mereka telah mendustakan Nabi mereka (yaitu Nabi Saleh a.s.) dan menyembelih untanya. Kaum Nabi Ibrahim, bagaimana Allah menolong Nabi-Nya dalam menghadapi mereka dan memberinya mukjizat yang jelas dalam menghadapi kaumnya, dan Allah membinasakan raja mereka (yaitu Numruz ibnu Kan'an ibnu Kausy Al-Kan'ani, la'natullah). Dikatakan pula (Telah datang kepada mereka rasul-rasul dengan membawa keterangan yang nyata) dengan membawa mukjizat-mukjizat akan tetapi mereka tetap mendustakannya, akhirnya mereka dibinasakan.[6] Penduduk Madyan, mereka adalah kaum Nabi Syu'aib a.s., bagaimana mereka ditimpa gempa dan ditimpa azab pada hari mereka dinaungi awan. Dan penduduk negeri-negeri yang telah musnah (Al-Mu'tafikat), yaitu kaumnya Nabi Lut. mereka tinggal di banyak kota. Dalam ayat lain disebutkan:
Yaitu kaum Nabi Nuh dan azab yang menimpa mereka berupa banjir besar yang menenggelamkan semua penduduk bumi, kecuali orang-orang yang beriman kepada Nabi Nuh a.s. Kaum' Ad, bagaimana mereka dihancurkan dan dibinasakan dengan angin yang membinasakan, karena mereka telah, mendustakan Nabi Hud a.s. Kaum Samud, bagaimana mereka diazab dengan teriakan yang keras, karena mereka telah mendustakan Nabi mereka (yaitu Nabi Saleh a.s.) dan menyembelih untanya. Kaum Nabi Ibrahim, bagaimana Allah menolong Nabi-Nya dalam menghadapi mereka dan memberinya mukjizat yang jelas dalam menghadapi kaumnya, dan Allah membinasakan raja mereka (yaitu Numruz ibnu Kan'an ibnu Kausy Al-Kan'ani, la'natullah). Dikatakan pula (Telah datang kepada mereka rasul-rasul dengan membawa keterangan yang nyata) dengan membawa mukjizat-mukjizat akan tetapi mereka tetap mendustakannya, akhirnya mereka dibinasakan.[6] Penduduk Madyan, mereka adalah kaum Nabi Syu'aib a.s., bagaimana mereka ditimpa gempa dan ditimpa azab pada hari mereka dinaungi awan. Dan penduduk negeri-negeri yang telah musnah (Al-Mu'tafikat), yaitu kaumnya Nabi Lut. mereka tinggal di banyak kota. Dalam ayat lain disebutkan:
{وَالْمُؤْتَفِكَةَ أَهْوَى}
dan
negeri-negeri kaum Lut yang telah dihancurkan Allah. (An-Najm: 53).
Yakni umat yang telah dihancurkan. Menurut suatu pendapat,
ibu kotanya adalah Sodom. Makna yang dimaksud dari ayat ini ialah 'Allah Swt.
membinasakan mereka hingga antek-anteknya karena mereka telah mendustakan Nabi
Allah, yaitu Lut a.s.: dan mereka gemar melakukan perbuatan fahisyah yang
belum pernah dilakukan oleh seorang manusia pun sebelum mereka (yakni menggauli
lelaki pada liang anusnya)'.
{أَتَتْهُمْ رُسُلُهُمْ بِالْبَيِّنَاتِ}
Telah datang
kepada mereka rasul-rasul dengan membawa keterangan yang nyata. (At-Taubah: 70)
Maksudnya, dengan membawa hujah-hujah dan dalil-dalil yang pasti.
{فَمَا كَانَ اللَّهُ لِيَظْلِمَهُمْ}
maka Allah
tidaklah sekali-kali menganiaya mereka. (At-Taubah: 70)
Yaitu dengan membinasakan mereka tanpa alasan, karena sesungguhnya Allah telah menegakkan hujah-Nya terhadap mereka dengan mengirimkan rasul-rasul-Nya kepada mereka.
{وَلَكِنْ كَانُوا أَنْفُسَهُمْ يَظْلِمُونَ}
tetapi
merekalah yang menganiaya diri mereka sendiri. (At-Taubah: 70)
Karena mereka telah mendustakan rasul-rasul dan menentang perkara yang hak, sehingga mereka mengalami azab dan kebinasaan.[7]
3. Ayat 71
وَالْمُؤْمِنُونَ وَالْمُؤْمِنَاتُ بَعْضُهُمْ
أَوْلِيَاءُ بَعْضٍ يَأْمُرُونَ بِالْمَعْرُوفِ وَيَنْهَوْنَ عَنِ الْمُنْكَرِ
وَيُقِيمُونَ الصَّلاةَ وَيُؤْتُونَ الزَّكَاةَ وَيُطِيعُونَ اللَّهَ وَرَسُولَهُ
أُولَئِكَ سَيَرْحَمُهُمُ اللَّهُ إِنَّ اللَّهَ عَزِيزٌ حَكِيمٌ
Dan orang-orang yang beriman,
lelaki dan perempuan, sebagian mereka (adalah) menjadi penolong bagi
sebagian yang lain. Mereka menyuruh (mengerjakan) yawg makruf, mencegah
dari yang mungkar, mendirikan salat, menunaikan zakat, dan mereka taat kepada
Allah dan Rasul-Nya. Mereka itu akan diberi rahmat oleh Allah; sesungguhnya
Allah Mahaperkasa lagi Mahabijaksana.
Setelah Allah Swt. menyebutkan sifat-sifat orang
munafik yang tercela itu, lalu hal itu diiringi dengan penyebutan tentang
sifat-sifat orang mukmin yang terpuji. Untuk itu, Allah Swt. berfirman:
{بَعْضُهُمْ أَوْلِيَاءُ بَعْضٍ}
sebagian
mereka (adalah ) menjadi
penolong bagi sebagian yang lain. (At-Taubah: 71)
Maksudnya,
sebagian dari mereka saling bantu dan saling mendukung dengan sebagian yang
lain. seperti yang disebutkan di dalam sebuah hadis sahih, yaitu:
"المؤمن
للمؤمن كالبنان يَشُدُّ بَعْضُهُ بَعْضًا"
Seorang
mukmin bagi orang mukmin lain sama dengan bangunan, sebagian darinya mengikat
sebagian yang lain.
Lalu Rasulullah Saw. merangkumkan jari-jemari kedua
telapak tangannya.
Di dalam hadis sahih yang lain disebutkan pula:
Di dalam hadis sahih yang lain disebutkan pula:
"مَثَلُ
الْمُؤْمِنِينَ فِي تَوَادِّهِمْ وَتَرَاحُمِهِمْ، كَمَثَلِ الْجَسَدِ الْوَاحِدِ،
إِذَا اشْتَكَى مِنْهُ عُضْوٌ تَدَاعَى لَهُ سائر الجسد بالحمى والسهر"
Perumpamaan
orang-orang mukmin dalam keakraban dan kasih-sayangnya sama dengan satu tubuh.
Apabila salah satu anggotanya merasa sakit, maka sakitnya itu menjalar ke
seluruh tubuh, hingga semua merasa demam dan tak dapat tidur.
Firman Allah
Swt.:
{يَأْمُرُونَ
بِالْمَعْرُوفِ وَيَنْهَوْنَ عَنِ الْمُنْكَرِ}
Mereka
menyuruh (mengerjakan)
yang makruf dan mencegah dari yang mungkar. (At-Taubah: 71)
Sama maknanya dengan firman Allah Swt. dalam ayat
lain, yaitu:
{وَلْتَكُنْ مِنْكُمْ أُمَّةٌ يَدْعُونَ إِلَى الْخَيْرِ
وَيَأْمُرُونَ بِالْمَعْرُوفِ وَيَنْهَوْنَ عَنِ الْمُنْكَرِ وَأُولَئِكَ هُمُ
الْمُفْلِحُونَ}
Dan
hendaklah ada di antara kalian segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan,
menyuruh kepada yang makruf dan mencegah dari yang munkar. (Ali Imran: 104), hingga akhir ayat.
Adapun
firman Allah Swt.:
{وَيُقِيمُونَ
الصَّلاةَ وَيُؤْتُونَ الزَّكَاةَ}
mereka
mendirikan salat dan menunaikan zakat. (At-Taubah: 71)
Maksudnya, taat kepada Allah dan berbuat baik kepada makhluk-Nya.
{وَيُطِيعُونَ اللَّهَ وَرَسُولَهُ}
Dan mereka taat kepada Allah
dan Rasul-Nya. (At-Taubah: 71)
Yakni dalam semua yang diperintahkan-Nya dan meninggalkan semua yang dilarang-Nya.
{أُولَئِكَ سَيَرْحَمُهُمُ اللَّهُ}
Mereka itu
akan diberi rahmat oleh Allah. (At-Taubah: 71)
Allah akan merahmati orang-orang yang memiliki sifat-sifat tersebut.
{إِنَّ اللَّهَ عَزِيزٌ}
sesungguhnya
Allah Mahaperkasa. (At-Taubah:
71)
Artinya, Dia memenangkan orang yang taat kepada-Nya,
karena sesungguhnya kemuliaan itu adalah milik Allah, Rasul-Nya, dan
orang-orang yang beriman.
{حَكِيمٌ}
lagi
Mahabijaksana. (At-Taubah:
71)
Dalam memberikan sifat-sifat terpuji bagi orang-orang
mukmin itu dan mengkhususkan orang-orang munafik dengan sifat-sifat yang
tercela itu, karena sesungguhnya kebijaksanaan itu hanyalah milik Allah dalam
semua apa yang dilakukan-Nya.[8]
4. Ayat 72
وَعَدَ اللَّهُ الْمُؤْمِنِينَ وَالْمُؤْمِنَاتِ
جَنَّاتٍ تَجْرِي مِنْ تَحْتِهَا الأنْهَارُ خَالِدِينَ فِيهَا وَمَسَاكِنَ
طَيِّبَةً فِي جَنَّاتِ عَدْنٍ وَرِضْوَانٌ مِنَ اللَّهِ أَكْبَرُ ذَلِكَ هُوَ
الْفَوْزُ الْعَظِيمُ
Allah
menjanjikan kepada orang-orang yang mukmin, lelaki dan perempuan, (akan mendapat) surga yang di
bawahnya mengalir sungai-sungai, kekal mereka di dalamnya, dan (mendapat) tempat-tempat
yang bagus di surga 'Adn. Dan keridaan Allah adalah lebih besar: itu adalah
keberuntungan yang besar.
Allah Swt. menceritakan apa yang disediakan-Nya bagi
orang-orang mukmin, yaitu berupa kebaikan dan kenikmatan yang kekal, yang
semuanya itu berada di alam surga, yaitu:
{جَنَّاتٍ تَجْرِي مِنْ تَحْتِهَا الأنْهَارُ خَالِدِينَ
فِيهَا}
Surga yang
mengalir di bawahnya sungai-sungai, kekal mereka di dalamnya. (At-Taubah: 72)
Mereka tinggal di dalamnya untuk selama-lamanya.
Mereka tinggal di dalamnya untuk selama-lamanya.
{وَمَسَاكِنَ طَيِّبَةً}
dan (mendapat) tempat-tempat yang
bagus. (At-Taubah: 72)
Yakni yang bagus-bagus bangunannya dan harum semerbak
tempat tinggalnya. Seperti yang disebutkan di dalam kitab Sahihain melalui
hadis Abu Imran Al-Juni. dari Abu Bakar ibnu Abu Musa alias Abdullah ibnu Qais
Al-Asy'ari, dari ayahnya yang menceritakan bahwa Rasulullah Saw. telah
bersabda:
"جَنَّتَانِ
مِنْ ذَهَبٍ آنِيَتُهُمَا وَمَا فِيهِمَا، وَجَنَّتَانِ مِنْ فِضَّةٍ آنِيَتُهُمَا
وَمَا فِيهِمَا، وَمَا بَيْنَ الْقَوْمِ وَبَيْنَ أَنْ يَنْظُرُوا إِلَى رَبِّهِمْ
إِلَّا رِدَاءُ الْكِبْرِيَاءِ عَلَى وَجْهِهِ فِي جَنَّةِ عَدْنٍ"
Dua surga
dari emas semua wadahnya dan segala sesuatu yang ada di dalam keduanya, dan dua
surga dari perak semua wadahnya serta segala sesuatu yang ada di dalam
keduanya. Tiada yang menghalang-halangi antara kaum (para penghuni surga) dan melihat
kepada Tuhan mereka kecuali hanya selendang (tirai) kebesaran-Nya yang
ada pada zat-Nya di dalam surga 'Adn.
Disebutkan pula oleh sanad yang sama, bahwa Rasulullah Saw. pernah bersabda:
"إِنَّ
لِلْمُؤْمِنِ فِي الْجَنَّةِ لَخَيْمَة مِنْ لُؤْلُؤَةٍ وَاحِدَةٍ مُجَوَّفة،
طُولُهَا سِتُّونَ مِيلًا فِي السَّمَاءِ، لِلْمُؤْمِنِ فِيهَا أَهْلُونَ يَطُوفُ
عَلَيْهِمْ، لَا يَرَى بَعْضُهُمْ بَعْضًا"
Sesungguhnya
di dalam surga terdapat sebuah kemah untuk orang mukmin yang terbuat dari
sebuah mutiara yang berlubang, panjangnya enam puluh mil, yaitu di langit. Bagi
orang mukmin di dalam kemah itu terdapat banyak istri yang ia berkeliling
menggilir mereka, sebagian dari mereka tidak melihat sebagian yang lain.
Kedua hadis diketengahkan oleh Imam Bukhari dan Imam
Muslim. Di dalam kitab Sahihain disebutkan pula dari Abu Hurairah r.a.
yang mengatakan bahwa Rasulullah Saw. pernah bersabda:
"مَنْ
آمَنَ بِاللَّهِ وَرَسُولِهِ، وَأَقَامَ الصَّلَاةَ وَصَامَ رَمَضَانَ، فَإِنَّ
حَقًّا عَلَى اللَّهِ أَنْ يُدْخِلَهُ الْجَنَّةَ، هَاجَرَ فِي سَبِيلِ اللَّهِ،
أَوْ جَلَسَ فِي أَرْضِهِ الَّتِي وُلِدَ فِيهَا". قَالُوا: يَا رَسُولَ
اللَّهِ، أَفَلَا نُخْبِرُ النَّاسَ؟ قَالَ: "إِنَّ فِي الْجَنَّةِ مِائَةَ
دَرَجَةٍ، أَعَدَّهَا اللَّهُ لِلْمُجَاهِدِينَ فِي سَبِيلِهِ، بَيْنَ كُلِّ
دَرَجَتَيْنِ كَمَا بَيْنَ السَّمَاءِ وَالْأَرْضِ، فَإِذَا سَأَلْتُمُ اللَّهَ
فَاسْأَلُوهُ الْفِرْدَوْسَ، فَإِنَّهُ أَعْلَى الْجَنَّةِ وَأَوْسَطُ الْجَنَّةِ،
وَمِنْهُ تَفَجَّر أَنْهَارُ الْجَنَّةِ، وَفَوْقَهُ عَرْشُ الرَّحْمَنِ"
Barang siapa
yang beriman kepada Allah, Rasul-Nya, dan mendirikan salat serta puasa bulan
Ramadan, maka sesungguhnya sudah merujukkan kewajiban bagi Allah untuk
memasukkannya ke dalam surga, baik ia berhijrah di jalan Allah ataupun tertahan
di negeri tempat kelahirannya. Para sahabat bertanya, "Wahai Rasulullah,
bolehkah kami menceritakannya kepada orang-orang?" Rasululah Saw.
bersabda: Sesungguhnya di dalam surga terdapat seratus derajat (tingkatan)
yang disediakan oleh Allah bagi orang-orang yang berjihad di jalan-Nya.
Jarak di antara kedua derajat sama dengan jarak antara langit dan bumi Maka
apabila kalian meminta kepada Allah, mintalah kepada-Nya surga Firdaus, karena
sesungguhnya surga Firdaus adalah surga yang tertinggi dan yang paling tengah.
Dari surga Firdaus mengalir sungai-sungai surga, dan di atas surga Firdaus
terdapat Arasy Tuhan Yang Maha Pemurah.
Menurut yang ada pada Imam Tabrani, Imam Turmuzi, dan
Imam Ibnu Majah melalui riwayat Zaid ibnu Aslam, dari Ata ibnu Yasar, dari
Mu'az ibnu Jabal r.a., dia pernah mendengar Rasulullah Saw. bersabda, lalu
disebutkan hal yang semisal dengan hadis di atas. Dan menurut yang ada pada
Imam Turmuzi melalui Ubadah ibnus Samit disebutkan pula hal yang semisal.
Dari Abu Hazim, dari Sahl ibnu Sa'd, disebutkan bahwa Rasulullah Saw. pernah bersabda:
"إِنَّ
أَهْلَ الْجَنَّةِ لَيَتَرَاءَوْنَ الغُرفة فِي الْجَنَّةِ، كما تراؤون
الْكَوْكَبَ فِي السَّمَاءِ"
Sesungguhnya
ahli surga benar-benar saling melihat gedungnya (masing-masing) sebagaimana
kalian melihat bintang-bintang di langit
Kedua hadis diketengahkan di dalam kitab Sahihain. Kemudian
perlu diketahui bahwa kedudukan yang paling tinggi di surga ialah suatu tempat
yang diberi nama 'Al-Wasilah', karena letaknya dekat dengan ' Arasy, tempat itu
merupakan tempat Rasulullah Saw. di dalam surga.
Imam Ahmad mengatakan:
حَدَّثَنَا
عبد الرازق، أخبرنا سفيان، عَنْ لَيْثٍ، عَنْ كَعْبٍ، عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ،
أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: "إِذَا
صَلَّيْتُمْ عَلَيَّ فَسَلُوا اللَّهَ لِيَ الْوَسِيلَةَ" قِيلَ: يَا رَسُولَ
اللَّهِ، وَمَا الْوَسِيلَةُ؟ قَالَ: "أَعْلَى دَرَجَةٍ فِي الْجَنَّةِ، لَا
يَنَالُهَا إِلَّا رَجُلٌ وَاحِدٌ، وَأَرْجُو أَنْ أَكُونَ أَنَا هُوَ"
Telah
menceritakan kepada kami Abdur Razaq, telah menceritakan kepada kami Sufyan,
dari Lais, dari Ka'b, dari Abu Hurairah, bahwa Rasulullah Saw. pernah bersabda:
Apabila kalian membaca salawat untukku, maka mintakanlah kepada Allah
Al-Wasilah untukku. Ketika ditanyakan, "Wahai Rasulullah, apakah Al-Wasilah
itu?" Rasulullah Saw. menjawab, "Kedudukan yang paling tinggi
di surga. Kedudukan itu tidak diperoleh kecuali hanya oleh seorang lelaki, dan
aku berharap semoga lelaki itu adalah aku sendiri."
Di dalam Sahih Muslim disebutkan melalui hadis Ka'b ibnu Alqamah, dari Abdur Rahman ibnu Jubair, dari Abdullah ibnu Amr ibnul As, bahwa dia pernah mendengar Nabi Saw. bersabda:
Di dalam Sahih Muslim disebutkan melalui hadis Ka'b ibnu Alqamah, dari Abdur Rahman ibnu Jubair, dari Abdullah ibnu Amr ibnul As, bahwa dia pernah mendengar Nabi Saw. bersabda:
"إِذَا
سَمِعْتُمُ الْمُؤَذِّنَ فَقُولُوا مِثْلَ مَا يَقُولُ، ثُمَّ صلُّوا عليَّ،
فَإِنَّهُ مَنْ صَلَّى عَلَيَّ صَلَاةً صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ بِهَا عَشْرًا،
ثُمَّ سَلُوا لِيَ الْوَسِيلَةَ، فَإِنَّهَا مَنْزِلَةٌ فِي الْجَنَّةِ لَا
تَنْبَغِي إِلَّا لِعَبْدٍ مِنْ عِبَادِ اللَّهِ، وَأَرْجُو أَنِّي أَكُونُ أَنَا
هُوَ، فَمَنْ سَأَلَ لِيَ الْوَسِيلَةَ حلت عليه الشَّفَاعَةُ يَوْمَ
الْقِيَامَةِ"
Apabila
kalian mendengar muazin, maka ucapkanlah oleh kalian seperti apa yang
diucapkannya, kemudian mohonkanlah salawat untukku. Karena sesungguhnya barang
siapa yang membacakan salawat untukku sekali, maka Allah membalasnya sepuluh
kali. Kemudian mohonkanlah Al Wasilah untukku karena sesungguhnya Al-Wasilah
itu adalah suatu kedudukan di dalam surga yang tidak layak kecuali hanya bagi
seorang hamba Allah, dan aku berharap semoga orang itu adalah aku sendiri.
Barang siapa yang memohon kepada Allah Al-Wasilah buatku, niscaya ia akan
beroleh syafaat di hari kiamat nanti.
قَالَ
الْحَافِظُ أَبُو الْقَاسِمِ الطَّبَرَانِيُّ: حَدَّثَنَا أَحْمَدُ بْنُ عَلِيٍّ
الْأَبَّارُ، حَدَّثَنَا الْوَلِيدُ بْنُ عَبْدِ الْمَلِكِ الْحَرَّانِيُّ،
حَدَّثَنَا مُوسَى بْنُ أَعْيَنَ، عَنِ ابْنِ أَبِي ذِئْبٍ، عَنْ مُحَمَّدِ بْنِ
عَمْرِو بْنِ عَطَاءٍ، عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى
اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: "سَلُوا اللَّهَ لي الوسيلة، فإنه لم يسألها لي
عبد فِي الدُّنْيَا إِلَّا كُنْتُ لَهُ شَهِيدًا -أَوْ شَفِيعًا -يَوْمَ
الْقِيَامَةِ"
Al-Hafiz
Abul Qasim At-Tabrani mengatakan, telah menceritakan kepada kami Ahmad ibnu Ali
Al-Abar, telah menceritakan kepada kami Al-Walid ibnu Abdul Malik Al-Harrani,
telah menceritakan kepada kami Musa ibnu Ayun. dari Ibnu Abu Zi-b, dari
Muhammad ibnu Amr ibnu Ata. dari Ibnu Abbas yang mengatakan bahwa Rasulullah
Saw. telah bersabda: Mohonkanlah Al-Wasilah kepada Allah untukku, karena
sesungguhnya tidak sekali-kali seorang hamba memohonkannya buatku di dunia,
kecuali aku akan membelanya atau memberinya syafaat kelak di hari kiamat. (Riwayat
Tabrani)
Di dalam kitab Musnad Imam Ahmad disebutkan melalui hadis Sa'd ibnu Mujahid At-Ta-i. dari Abul Mudallah, dari Abu Hurairah r.a. yang mengatakan, "Kami pernah berkata, 'Wahai Rasulullah, ceritakanlah kepada kami tentang surga, dari apakah bangunannya?' Rasulullah Saw. menjawab melalui sabdanya:
Di dalam kitab Musnad Imam Ahmad disebutkan melalui hadis Sa'd ibnu Mujahid At-Ta-i. dari Abul Mudallah, dari Abu Hurairah r.a. yang mengatakan, "Kami pernah berkata, 'Wahai Rasulullah, ceritakanlah kepada kami tentang surga, dari apakah bangunannya?' Rasulullah Saw. menjawab melalui sabdanya:
"لَبِنَةُ
ذَهَبٍ، وَلَبِنَةُ فِضَّةٍ، وَمِلَاطُهَا الْمِسْكُ، وَحَصْبَاؤُهَا اللُّؤْلُؤُ
وَالْيَاقُوتُ، وَتُرَابُهَا الزَّعْفَرَانُ، مَنْ يَدْخُلُهَا يَنْعَمُ لَا
يَبْأَسُ، وَيَخْلُدُ لَا يَمُوتُ، لَا تَبْلَى ثِيَابُهُ وَلَا يَفْنَى
شَبَابُهُ"
'Ada yang
batanya dari emas, ada yang dari perak, plesterannya dari minyak kesturi, batu
kerikilnya adalah mutiara dan yaqut, sedangkan tanahnya dari minyak zafaran.
Barang siapa yang masuk ke dalamnya hidup senang dan tidak akan susah,
kekal dan tidak akan mati, pakaiannya tidak akan rusak dan kemudaannya tidak
akan pudar'.”
Telah diriwayatkan pula hal yang semisal dari Ibnu Umar secara marfu'.
Menurut yang ada pada Imam Turmuzi melalui hadis Abdur Rahman ibnu Ishaq, dari An-Nu'man ibnu Sa'd, dari Ali r.a., Rasulullah Saw. pernah bersabda:
Telah diriwayatkan pula hal yang semisal dari Ibnu Umar secara marfu'.
Menurut yang ada pada Imam Turmuzi melalui hadis Abdur Rahman ibnu Ishaq, dari An-Nu'man ibnu Sa'd, dari Ali r.a., Rasulullah Saw. pernah bersabda:
"إِنَّ
فِي الْجَنَّةِ لغُرفا يُرَى ظُهُورُهَا مِنْ بُطُونِهَا، وَبُطُونُهَا مِنْ
ظُهُورِهَا". فَقَامَ أَعْرَابِيٌّ فَقَالَ: يَا رَسُولَ اللَّهِ، لِمَنْ
هِيَ؟ فَقَالَ: "لِمَنْ طَيَّبَ الْكَلَامَ، وَأَطْعَمَ الطَّعَامَ،
وَأَدَامَ الصِّيَامَ، وَصَلَّى بِاللَّيْلِ وَالنَّاسُ نِيَامٌ"
Sesungguhnya
di dalam surga benar-benar terdapat gedung-gedung yang bagian luarnya dapat
terlihat dari bagian dalamnya, dan bagian dalamnya dapat terlihat dari bagian
luarnya.” Lalu
berdirilah seorang Arab Badui dan berkata, "Wahai Rasulullah, untuk
siapakah gedung-gedung itu?" Rasulullah Saw. menjawab: Bagi orang yang
baik dalam bertutur kata. memberi makan (orang lapar), mengerjakan puasa
dengan rutin, dan salat (sunat) di malam hari di saat orang-orang
terlelap dalam tidurnya.
Kemudian Imam Turmuzi mengatakan bahwa hadis ini garib.
Imam Tabrani meriwayatkannya melalui hadis Abdullah ibnu Amr dan Abu Malik Al-Asy'ari, kedua-duanya dari Nabi Saw. dengan lafaz yang semisal. Masing-masing dari kedua sanad berpredikat jayyid lagi hasan. Menurut riwayat Imam Tabrani, orang yang bertanya itu adalah Abu Malik Al-Asy'ari.
Dari Usamah ibnu Zaid, disebutkan bahwa Rasulullah Saw. pernah bersabda:
Kemudian Imam Turmuzi mengatakan bahwa hadis ini garib.
Imam Tabrani meriwayatkannya melalui hadis Abdullah ibnu Amr dan Abu Malik Al-Asy'ari, kedua-duanya dari Nabi Saw. dengan lafaz yang semisal. Masing-masing dari kedua sanad berpredikat jayyid lagi hasan. Menurut riwayat Imam Tabrani, orang yang bertanya itu adalah Abu Malik Al-Asy'ari.
Dari Usamah ibnu Zaid, disebutkan bahwa Rasulullah Saw. pernah bersabda:
"أَلَا
هَلْ مُشَمِّر إِلَى الْجَنَّةِ؟ فَإِنَّ الْجَنَّةَ لَا خَطَر لَهَا، هِيَ
-وَرَبِّ الْكَعْبَةِ -نُورٌ يَتَلَأْلَأُ وَرَيْحَانَةٌ تَهْتَزّ، وَقَصْرٌ
مَشيدٌ، وَنَهْرٌ مُطَّرد، وَثَمَرَةٌ نَضِيجة، وَزَوْجَةٌ حَسْنَاءُ جَميلة،
وحُلَل كَثِيرَةٌ، وَمَقَامٌ فِي أَبَدٍ، فِي دَارٍ سَلِيمَةٍ، وَفَاكِهَةٍ
وَخُضْرَةٍ وَحَبْرَةٍ وَنَعْمَةٍ فِي مَحَلَّةٍ عَالِيَةٍ بَهِيَّةٍ".
قَالُوا: نَعَمْ يَا رَسُولَ اللَّهِ، نَحْنُ الْمُشَمِّرُونَ لَهَا، قَالَ:
"قُولُوا: إِنْ شَاءَ اللَّهُ". فَقَالَ الْقَوْمُ: إِنْ شَاءَ اللَّهُ.
Ingatlah,
apakah ada orang yang menginginkan surga? Sesungguhnya di dalam surga itu
tidak ada larangan. Demi Tuhan Ka'bah, surga itu merupakan nur yang berkilauan,
keharumannya sangat semerbak gedung-gedungnya terpancangkan, sungai-sungainya
mengalir, buah-buahannya masak, istri-istrinya cantik jelita, perhiasannya
sangat banyak, tempat tinggalnya untuk selama-lamanya di dalam negeri yang
sejahtera, dipenuhi dengan buah-buahan, sayur-mayur dan kain sutra serta nikmat
yang dihalalkan lagi dipenuhi kemew ahan. Mereka berkata, "Ya. wahai Rasulullah, kami
adalah orang-orang yang sangat menginginkannya." Rasulullah Saw. bersabda,
"Katakanlah Insya Allah." Maka kaum mengatakan, "Insya
Allah." Hadis ini merupakan riwayat Ibnu Majah.
Firman Allah
Swt.:
{وَرِضْوَانٌ
مِنَ اللَّهِ أَكْبَرُ}
Dan keridaan
Allah adalah lebih besar. (At-Taubah: 72)
Artinya, rida Allah kepada mereka jauh lebih besar dan
lebih agung daripada semua nikmat yang mereka peroleh. Imam Malik rahimahullah
telah meriwayatkan dari Zaid ibnu Aslam, dari Ata ibnu Yasar, dari Abu
Sa'id Al-Khudri r.a., bahwa Rasulullah Saw. pernah bersabda:
"إِنَّ
اللَّهَ، عَزَّ وَجَلَّ، يَقُولُ لِأَهْلِ الْجَنَّةِ: يَا أَهْلَ الْجَنَّةِ،
فَيَقُولُونَ: لَبَّيْكَ يَا رَبَّنَا وَسَعْدَيْكَ، وَالْخَيْرُ فِي يَدِكَ.
فَيَقُولُ: هَلْ رَضِيتُمْ؟ فَيَقُولُونَ: وَمَا لَنَا لَا نَرْضَى يَا رَبِّ،
وَقَدْ أَعْطَيْتَنَا مَا لَمْ تُعط أَحَدًا مِنْ خَلْقِكَ. فَيَقُولُ: أَلَا
أُعْطِيكُمْ أَفْضَلَ مِنْ ذَلِكَ؟ فَيَقُولُونَ: يَا رَبِّ، وَأَيُّ شَيْءٍ
أَفْضَلُ مِنْ ذَلِكَ؟ فَيَقُولُ: أُحِلُّ عَلَيْكُمْ رِضْوَانِي فَلَا أَسْخَطُ
عَلَيْكُمْ بَعْدَهُ أَبَدًا"
Sesungguhnya
Allah berfirman kepada penghuni surga, "Hai para penghuni surga.” Maka
mereka menjawab, "Labbaik, wahai Tuhan kami, kami terima seruan-Mu dengan
penuh kebahagiaan, dan semua kebaikan berada di tangan kekuasaan-Mu.” Allah
berfirman, "Apakah kalian telah puas?” Mereka menjawab, "Mengapa kami
tidak puas, wahai Tuhan kami, sedangkan Engkau telah memberi kami segala
sesuatu yang belum pernah Engkau berikan kepada seorang pun dari makhluk-Mu?”
Allah berfirman, "Maukah Aku berikan kepada kalian yang lebih afdal
daripada semuanya itu? " Mereka menjawab, "Wahai Tuhan kami, adakah
sesuatu yang lebih utama daripada semua ini?” Allah berfirman. 'Aku halalkan
bagi kalian rida-Ku, maka Aku tidak akan murka lagi kepada kalian sesudahnya
untuk selama-lamanya.”
Imam Bukhari dan Imam Muslim mengetengahkan hadis ini melalui Malik.
Abu Abdullah Al-Husain ibnu Ismail Al-Mahamili mengatakan, telah menceritakan kepada kami Al-Fadl Ar-Raja-i, telah menceritakan kepada kami Al-Faryabi. dari Sufyan, dari Muhammad ibnul Munkadir, dari Jabir ibnu Abdullah yang mengatakan bahwa Rasulullah Saw. telah bersabda:
Imam Bukhari dan Imam Muslim mengetengahkan hadis ini melalui Malik.
Abu Abdullah Al-Husain ibnu Ismail Al-Mahamili mengatakan, telah menceritakan kepada kami Al-Fadl Ar-Raja-i, telah menceritakan kepada kami Al-Faryabi. dari Sufyan, dari Muhammad ibnul Munkadir, dari Jabir ibnu Abdullah yang mengatakan bahwa Rasulullah Saw. telah bersabda:
"إِذَا
دَخَلَ أَهْلُ الْجَنَّةِ الْجَنَّةَ قَالَ اللَّهُ، عَزَّ وَجَلَّ: هَلْ تَشْتَهُونَ
شَيْئًا فَأَزِيدُكُمْ؟ قَالُوا: يَا رَبَّنَا، مَا خَيْرٌ مِمَّا أعطيتنا؟ قال:
رضواني أكبر"
Apabila ahli
surga telah masuk ke dalam surga, Allah Swt. berfirman, "Apakah kalian
menginginkan sesuatu, maka Aku akan menambahkannya kepada kalian?” Mereka
menjawab, "Wahai Tuhan kami, apakah yang lebih baik daripada apa yang
telah Engkau berikan kepada kami?” Allah Swt. berfirman, "Rida-Ku lebih
besar.”
Al-Bazzar meriwayatkannya di dalam kitab Musnad-nya melalui hadis As-Sauri. Al-Hafiz Ad-Diya Al-Maqdisi di dalam kitabnya Sifatul Jannah mengatakan.”Menurut kami, hadis ini bergantung kepada syarat kesahihannya."[9]
Al-Bazzar meriwayatkannya di dalam kitab Musnad-nya melalui hadis As-Sauri. Al-Hafiz Ad-Diya Al-Maqdisi di dalam kitabnya Sifatul Jannah mengatakan.”Menurut kami, hadis ini bergantung kepada syarat kesahihannya."[9]
[1])
Jalaluddin As-Suyuthi. Tafsir Jalalain.
[2]) M.
Quraish Shihab. Tafsir Al-Misbah.
[3]) Ibnu
Katsir. Tafsir Al-Qur’anul ‘Azhim. Jilid 2. Hal 863
[4]) M.
Quraish Shihab. Tafsir Al-Misbah.
[6])
Jalaluddin As-Suyuthi. Tafsir Jalalain.
[7]) Ibnu
Katsir. Maktabah Shamila.
[8]) Ibnu Katsir. Tafsir Al-Qur’anul ‘Azhim. Jilid
2. Hal 864
[9]) Ibnu
Katsir. Tafsir Al-Qur’anul ‘Azhim. Jilid 2. Hal 864
Komentar
Posting Komentar